POLA TANAM
1. Tanam
Tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa
benih atau bibit pada media tanam baik media tanah maupun media bukan tanah
dalam suatu bentuk pola tanam. Keberhasilan tanam sangat dipengaruhi faktor manusia.
Seperti edukasi, skill,inovavtion, plan and evaluation. Agar diperoleh
interaksi yang baik maka kita memeperhatikan bahan tanamnya, seperti asal
benih/ bibit jelas, bersertifikat, sesuai dengan habitat tumbuh. Media tanamnya
seperti memahami karakteristik media, ketahui kandungan nutrisi, peralatan yg
sesuai. persiapan media sesuai budidaya. Dan lingkungan tumbuhnyaseperti,
pahami iklim & cuaca, pahami kebutuhan tumbuh tan/ per fase pertumbuhannya,
sesuaikan tanaman, lingkungan, inovasi manipulasi lingkungan tumbuh.
Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan biji dan bibit di area penanaman:
a. Daya
tumbuh biji/bibit vigor, seed treatment, inokulasi legin, herbisida, seedbed
preparation
b. Peralatan
tanam
c. Kelembaban
(ketersediaan air tanah, suhu, intensitas)
d. Kedalaman
tanam
e. Lubang
tanam
f. Kekerasan
tanah
g. Tekstur,
kelembaban tanah
h. Waktu
tanam
i.
Berkaitan dengan ketersediaan air, suhu
j.
Mangsa
2. Pola
Tanam
Gambar 2.2 Gambar pola Tanam (www.ankyunky.blogspot.com)
Pola tanam adalah pengaturan
penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu. Tanaman dalam satu
areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola tanam monokultur, yakni menaman
tanaman sejenis pada satu areal tanam. Ada pola tanam campuran, yakni beragam
tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman
secara bergilir beberapa jenis tanama pada waktu berbeda di aeral yang sama.
Pola tanam dapat digunakan sebagai
landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Hanya saja dalam
pengelolaannya diperlukan pemahan kaedah teoritis dan keterampilan yang baik
tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya, pengelolaan
lahan sempit untuk mendapatkan hasil/pendapatan yang optimal maka pendekatan
pertanian terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk
utama adalah pendekatan yang bijak.
Selain
pola tanam, ada juga istilah yang disebut pola hubungan tanaman. Yaitu hubungan
yang dibentuk antar individu-individu tanaman pada lahan yang telah ditanami.
Pola hubungan tanaman bertujuan untuk mengatur agar semua individu tanaman
dapat memanfaatkan semua lingkungan tumbuhnya agar tumbuh optimal dan seragam,
serta untuk pertimbangan teknis lainnya. Ada beberapa macam pola hubungan
tanaman.
Pertama,
pola hubungan barisan (row spacing), pola hubungan ganda (double row spacing),
pola hubungan sama sisi (square spacing), dan pola hubungan segitiga sama sisi (equidistance
spacing).
Pola
tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang akan
dibudidayakan dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Faktor yang
mempengaruhi pola tanam :
1.
Ketersediaan air dalam satu tahun
2.
Prasarana yang tersedia dalam lahan
tersebut
3.
Jenis tanah setempat
4.
Kondisi umum daerah tersebut, missal
genangan
5.
Kebiasaan dan kemampuan petani setempat
Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan
produksi pangan. Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam
satu satuan luas pada satumusim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman
yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang
berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena
karakteristik setiap daerah juga berbeda (Wirosoedarmo, 1985).
Dua hal pokok yang mendasari diperlukannya pola tata tanam:
1.
Persediaan air irigasi di musim kemarau yang terbatas.
2. Air yang terbatas harus dimanfaatkan sebaik-baiknya,
Macam tanaman yang diusahakan dan pengaturan jenis tanaman yang
ditanam pada suatu lahan dalam kurun waktu tertentu adalah sangat penting dalam
menetukan metode irigasidan untuk mendapatkan kriteria pemerataan lahan.
Rencana tanam yang dilakukan agar tidak terjadi
kekacauan
dalam pembagian dan pemberian air. Rencana tata tanam yang disusun meliputi
(Anonim, 1986) :
1. Rencana luas tanam,
2. Awal pemberian air (pembibitan, garapan dan tanam),
3. Akhir pemberian air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola
tata tanam adalah:
a. Iklim
Keadaan pada musim hujan dan musim kemarau akan berpengaruh pada persediaan
air untuk tanaman dimana pada musim hujan maka persediaan air untuk tanaman
berada dalam jumlah besar, sebaliknya pada musim kemarau persediaan air akan
menurun.
b.
Topografi
Merupakan letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut,
berpengaruh terhada suhu dan kelembaban udara dimana keduanya mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
c. Debit Air
Yang Tersedia
Debit air pada musim hujan akan lebih besar dibandingkan pada
musim kemarau, sehingga haruslah diperhitungkan apakah debit saat itu mencukupi
jika akan ditanam suatu jenis tanaman tertentu.
d. Jenis
Tanah
Yaitu tentang keadaan fisik, biologis dan kimia tanaman
e. Sosial
Ekonomi
Dalam usaha pertanian faktor ini merupakan faktor yang sulit untuk
dirubah, sebab berhubungan dengan kebiasaan petani dalam menanam suatu jenis
tanaman.Tujuan pola tata tanam adalah untuk memanfaatkan persediaan air irigasi
seefektif mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Sedangkan tujuan dari penerapan pola tata tanam adalah sebagai
berikut:
1.
Menghindari ketidakseragaman
tanaman.
2.
Menetapkan jadwal waktu
tanam agar memudahkan dalam usaha pengelolaan air irigasi.
3. Peningkatan efisiensi irigasi.
4. Persiapan tenaga kerja untuk penyiapan tanah agar tepat waktu.
5.
Meningkatkan hasil produksi
pertanian
Berdasarkan pada tujuan pola tata tanam
diatas ada beberapa faktor yang diperhatikan untuk merencanakan pola tata tanam,
yaitu:
1. Awal tanam
Wilayah Indonesia memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Oleh karena itu dalam pola tata tanam awal tanam merupakan hal yang
penting untuk direncanakan. Pada awal tanam, biasanya musim hujan belum turun
sehingga persediaan air relatif kecil. Untuk menghindari kekurangan air, maka
urutan tata tanam pada waktu penyiapan lahan diatur sebaik-baiknya.
2. Jenis tanaman
Setiap jenis tanaman mempunyai tingkat kebutuhan air yang
berdeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, jenis tanaman yang diusahakan harus
diatur agar kebutuhan air dapat terpenuhi. Menurut (Soekarto, 1979), jenis
tanaman yang diusahakan adalah:
a. Tanaman padi
Padi merupakan tanaman yang memerlukan banyak air selama
pertumbuhannya. Perkiraan kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 4 kali
kebutuhan air untuk tanaman palawija.
b. Tanaman tebu
Selain tanaman padi, tanaman lain yang perlu diperhatikan dalam
hal pengairan adalah tanaman tebu. Tanaman tebu diberi air secukupnya pada
musim kemarau tetapi tebu tidak perlu diairi pada musim hujan. Perkiraan
kebutuhan air untuk tanaman tebu adalah 1,5 kali kebutuhan air untuk tanaman
palawija.
c. Tanaman palawija
Yang termasuk dalam tanaman palawija antara lain: jagung, kedelai,
tembakau, kapas,cabe, kacang dan lain-lain. Tumbuhan tersebut biasanya ditanam
dalam musim kemarau dan tidak membutuhkan banyak air. Kebutuhan air untuk
tanaman palawija adalah 0,2- 0,25 l/dtk/ha.
3. Luas
areal
Semakin
luas areal persawahan yang diairi, maka kebutuhan air irigasi semakin banyak. Pengaturan
luas tanaman akan membatasi besarnya kebutuhan air tanaman. Pengaturan ini
hanya terjadi pada daerah yang airnya terbatas. Luas tanam juga mempengaruhi besarnya
intensitas tanam. Intensitas tanam adalah perbandingan antara luas tanam per tahun
dengan luas lahan.
4. Debit yang tersedia
Apabila debit yang tersedai cukup besar, maka hampir semua jenis
tanaman dapat dipenuhi kebutuhannya sehingga pada umumnya pemberian air dapat
dilakukan terusmenerus. Jenis pola tanam Menurut Wirosoedarmo (1985), penentuan
jenis pola tata tanam disesuaikan dengan debit air yang tersedia pada setiap
musim tanam. Jenis pola tanam suatu daerah irigasi dapat
digolongkan
menjadi:
a) Padi –
Padi
b) Padi –
Padi – Palawija
c) Padi –
Palawija – Palawija
Berikut
beberapa contoh pola tanam yang telah diterapkan :
A. Monokultur
Pertanaman tunggal atau monokultur
adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis
tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua
abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian
industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan
perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan
biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan
utamanya
adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman
(OPT, seperti hama dan penyakit tanaman).
Cara budidaya ini biasanya
dipertentangkan dengan pertanaman campuran atau polikultur. Dalam polikultur,
berbagai jenis tanaman ditanam pada satu lahan, baik secara temporal (pada
waktu berbeda) maupun spasial (pada bagian lahan yang berbeda). Pertanaman
padi, jagung, atau gandum sejak dulu bersifat monokultur karena memudahkan
perawatan. Dalam setahun, misalnya, satu lahan sawah ditanami hanya padi, tanpa
variasi apa pun. Akibatnya hama atau penyakit dapat bersintas dan menyerang tanaman
pada periode penanaman berikutnya. Pertanian pada masa kini biasanya menerapkan
monokultur spasial tetapi lahan ditanami oleh tanaman lain untuk musim tanam
berikutnya untuk memutus siklus hidup OPT sekaligus menjaga kesehatan tanah.
B. Polikultur
Polikultur berasal dari kata poli yang artinya banyak dan kultur artinya
budaya. Polikultur ialah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada
satu bidang lahan yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan
yang lebih baik.
Polikultur adalah menanam lebih dari satu jenis tanaman pada
lahan dan waktu yang sama. Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini
dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut :
1.
Mengurangi serangan OPT
(pemantauan populasi hama), karena tanaman yang satu dapat mengurangi serangan
OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids dan ulat pada
tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin,
2.
Menambah kesuburan tanah.
Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena
adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam yang
mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam
berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur.
3.
Siklus hidup hama atau
penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi tanaman
dapat memutus siklus OPT,
4.
Memperoleh hasil panen yang
beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan menghasilkan panen yang
beragam. Ini menguntungkan karena bila harga salah satu komoditas rendah, dapat
ditutup oleh harga komoditas lainnya.
Kekurangan sistem polikultur adalah : Apabila pemilihan jenis
tanaman tidak sesuai, sistem polikultur dapat memberi dampak negatif, misalnya
:
1.
Terjadi persaingan unsur
hara antar tanaman,
2.
OPT banyak sehingga sulit dalam
pengendaliannya.
Pemilihan
tanaman dan teknis budidaya yang baik dan tepat pada sistem polikultur ini akan
memberikan bermacam keuntungan, diantaranya adalah :
a.
Dapat menambah
kesuburan tanah.
Menanam tanaman
kacang-kacangan berdampingan dengan tanaman jenis lainnya dapat menambah
kandungan unsur Nitrogen dalam tanah karena pada bintil akar kacang-kacangan
menempel bakteri Rhizobium yang dapat mengikat Nitrogen dari udara. Dan menanam
secara berdampingan tanaman yang perakarannya berbeda dapat membuat tanah
menjadi gembur.
b.
Meminimalkan hama dan
penyakit tanaman.
Sistem polikultur dibarengi dengan rotasi tanaman dapat
memutuskan siklus hidup hama dan penyakit tanaman. Menanam tanaman secara
berdampingan dapat mengurangi hama penyakit tanaman salah satu pendampingnya,
misalnya : bawang daun yang mengeluarkan baunya dapat mengusir hama ulat pada
tanaman kol atau kubis.
c.
Mendapat hasil panen
beragam yang menguntungkan.
Menanam dengan lebih dari satu tanaman tentu menghasilkan
panen lebih dari satu atau beragam tanaman. Pemilihan ragam tanaman yang tepat
dapat menguntungkan karena jika satu jenis tanaman memiliki nilai harga rendah
dapat ditutupi oleh nilai harga tanaman pendamping lainnya.
a.
Kekurangan
sistem polikultur adalah :
§
Terjadi persaingan unsur hara
antar tanaman,
§
OPT banyak sehingga sulit
dalam pengendaliannya.
Gambar Pola Tanam Polikultur ( cyber.karawasta.web.id )
Tanaman Polikultur Terbagi Menjadi.
1.
Tumpang sari (Intercropping).
Tumpangsari adalah
penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode
tanam pada satu tempat yang sama. Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari
antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok, peningkatan produksi
total persatuan luas karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta
unsur hara, disamping dapat mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan
pertumbuhan gulma.
Salah satu jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman sela pada
tanaman jagung adalah tanaman kedelai. Tanaman jagung dan kedelai memungkinkan
untuk ditumpangsari karena tanaman jagung menghendaki nitrogen tinggi,
sementara kedelai dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas sehingga
kekurangan nitrogen pada jagung terpenuhi oleh kelebihan nitrogen pada kedelai. Jagung dan kedelai
yang ditanam secara tumpang sari akan terjadi kompetisi dalam memperebutkan
unsur hara, air dan sinar matahari. Sehingga pengaturan sistem tanam dan
pemberian pupuk sangat penting untuk mengurangi terjadinya kompetisi tersebut.
Gambar : Tumpang sari
( http://bp3ksukalarang.blogspot.com/2014/03/pola-tanam-tumpang-sari-yang.html)
2.
Tumpang gilir (
Multiple Cropping ).
Metode ini biasa dilakukan secara
beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk
mendapat keuntungan maksimum.
Faktor-faktor
tersebut adalah :
§
Pengolahan yang bisa dilakukan
dengan menghemat tenaga kerja, biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan
kerusakan tanah sebagai akibat terlalu sering diolah dapat dihindari
§
Hasil panen secara beruntun
dapat memperlancar penggunaan modal dan meningkatkan produktivitas lahan.
§
Dapat mencegah serangan hama
dan penyakit yang meluas.
§
Kondisi lahan yang selalu
tertutup tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya erosi.
§
Kondisi lahan yang selalu
tertutup tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya erosi.
§
Sisa komoditi tanaman yang
diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau
Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah,
dll.
Gambar 2.3
Pola Tanam Bersisipan ( www.google.com/Tanaman
Sisip.com )
3. Tanaman Campuran (
Mixed Cropping ).
Tanama campuran merupakan penanaman
terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya,
semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama
dan penyakit.
Contoh: tanaman
campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
Gambar 2.3
Pola Tanam Campuran ( www.google.com/Tanaman
Sisip.com )
C. Pola tanam SRI
Pola
tanam SRI adalah cara bertanam padi kembali ke alam, artinya petani tidak lagi
menggunakan pupuk kimia, tapi menggunakan bahan-bahan alami / memanfaatkan jerami,
limbah gergaji, sekam dan pupuk kandang dengan salah satu komponen teknologi
adalah tanaman bibit muda, yakni umur 7 s/d 12 hari.
Komponen
teknologi yang biasa dilakukan pada pola tanam SRI adalah :
1.
Penggunaan benih bermutu.
2.
Pengelolaan Tanah, Populasi.
3.
Penggunaan bibit muda 7 s/d 12 hari.
4.
Penggunaan pupuk organik / pestisida hayati.
5.
Panen dan pasca panen.
6.
Pengolahan tanah dan
persemaian.
Jadi pola tanam apa yg lebih efisien?
BalasHapus