Rabu, 08 April 2015

POLA TANAM

 POLA TANAM

1. Tanam
 Tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media tanam baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam. Keberhasilan tanam sangat dipengaruhi faktor manusia. Seperti edukasi, skill,inovavtion, plan and evaluation. Agar diperoleh interaksi yang baik maka kita memeperhatikan bahan tanamnya, seperti asal benih/ bibit jelas, bersertifikat, sesuai dengan habitat tumbuh. Media tanamnya seperti memahami karakteristik media, ketahui kandungan nutrisi, peralatan yg sesuai. persiapan media sesuai budidaya. Dan lingkungan tumbuhnyaseperti, pahami iklim & cuaca, pahami kebutuhan tumbuh tan/ per fase pertumbuhannya, sesuaikan tanaman, lingkungan, inovasi manipulasi lingkungan tumbuh.
 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biji dan bibit di area penanaman:
a.       Daya tumbuh biji/bibit vigor, seed treatment, inokulasi legin, herbisida, seedbed preparation
b.      Peralatan tanam
c.       Kelembaban (ketersediaan air tanah, suhu, intensitas)
d.      Kedalaman tanam
e.       Lubang tanam
f.       Kekerasan tanah
g.      Tekstur, kelembaban tanah
h.      Waktu tanam
i.        Berkaitan dengan ketersediaan air, suhu
j.         Mangsa

2.      Pola Tanam


Gambar 2.2 Gambar pola Tanam (www.ankyunky.blogspot.com)


            Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu. Tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola tanam monokultur, yakni menaman tanaman sejenis pada satu areal tanam. Ada pola tanam campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis tanama pada waktu berbeda di aeral yang sama.
            Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahan kaedah teoritis dan keterampilan yang baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya, pengelolaan lahan sempit untuk mendapatkan hasil/pendapatan yang optimal maka pendekatan pertanian terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk utama adalah pendekatan yang bijak.
Selain pola tanam, ada juga istilah yang disebut pola hubungan tanaman. Yaitu hubungan yang dibentuk antar individu-individu tanaman pada lahan yang telah ditanami. Pola hubungan tanaman bertujuan untuk mengatur agar semua individu tanaman dapat memanfaatkan semua lingkungan tumbuhnya agar tumbuh optimal dan seragam, serta untuk pertimbangan teknis lainnya. Ada beberapa macam pola hubungan tanaman.
Pertama, pola hubungan barisan (row spacing), pola hubungan ganda (double row spacing), pola hubungan sama sisi (square spacing), dan pola hubungan segitiga sama sisi (equidistance spacing).
            Pola tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang akan dibudidayakan dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Faktor yang mempengaruhi pola tanam :
1.      Ketersediaan air dalam satu tahun
2.      Prasarana yang tersedia dalam lahan tersebut
3.      Jenis tanah setempat
4.      Kondisi umum daerah tersebut, missal genangan
5.      Kebiasaan dan kemampuan petani setempat

Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan. Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satumusim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda (Wirosoedarmo, 1985).
Dua hal pokok yang mendasari diperlukannya pola tata tanam:
1. Persediaan air irigasi di musim kemarau yang terbatas.
2. Air yang terbatas harus dimanfaatkan sebaik-baiknya,
Macam tanaman yang diusahakan dan pengaturan jenis tanaman yang ditanam pada suatu lahan dalam kurun waktu tertentu adalah sangat penting dalam menetukan metode irigasidan untuk mendapatkan kriteria pemerataan lahan.  
Rencana tanam yang dilakukan agar tidak terjadi
kekacauan dalam pembagian dan pemberian air. Rencana tata tanam yang disusun meliputi (Anonim, 1986) :
1. Rencana luas tanam,
2. Awal pemberian air (pembibitan, garapan dan tanam),
3. Akhir pemberian air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tata tanam adalah:
a. Iklim
Keadaan pada musim hujan dan musim kemarau akan berpengaruh pada persediaan air untuk tanaman dimana pada musim hujan maka persediaan air untuk tanaman berada dalam jumlah besar, sebaliknya pada musim kemarau persediaan air akan menurun.
b. Topografi
Merupakan letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut, berpengaruh terhada suhu dan kelembaban udara dimana keduanya mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
c. Debit Air Yang Tersedia
Debit air pada musim hujan akan lebih besar dibandingkan pada musim kemarau, sehingga haruslah diperhitungkan apakah debit saat itu mencukupi jika akan ditanam suatu jenis tanaman tertentu.
d. Jenis Tanah
Yaitu tentang keadaan fisik, biologis dan kimia tanaman
e. Sosial Ekonomi
Dalam usaha pertanian faktor ini merupakan faktor yang sulit untuk dirubah, sebab berhubungan dengan kebiasaan petani dalam menanam suatu jenis tanaman.Tujuan pola tata tanam adalah untuk memanfaatkan persediaan air irigasi seefektif mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Sedangkan tujuan dari penerapan pola tata tanam adalah sebagai berikut:
1.      Menghindari ketidakseragaman tanaman.
2.      Menetapkan jadwal waktu tanam agar memudahkan dalam usaha pengelolaan air irigasi.
3.      Peningkatan efisiensi irigasi.
4.      Persiapan tenaga kerja untuk penyiapan tanah agar tepat waktu.
5.      Meningkatkan hasil produksi pertanian

Berdasarkan pada tujuan pola tata tanam diatas ada beberapa faktor yang diperhatikan untuk merencanakan pola tata tanam, yaitu:
1.    Awal tanam
Wilayah Indonesia memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Oleh karena itu dalam pola tata tanam awal tanam merupakan hal yang penting untuk direncanakan. Pada awal tanam, biasanya musim hujan belum turun sehingga persediaan air relatif kecil. Untuk menghindari kekurangan air, maka urutan tata tanam pada waktu penyiapan lahan diatur sebaik-baiknya.

2.    Jenis tanaman
Setiap jenis tanaman mempunyai tingkat kebutuhan air yang berdeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, jenis tanaman yang diusahakan harus diatur agar kebutuhan air dapat terpenuhi. Menurut (Soekarto, 1979), jenis tanaman yang diusahakan adalah:
a. Tanaman padi
Padi merupakan tanaman yang memerlukan banyak air selama pertumbuhannya. Perkiraan kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 4 kali kebutuhan air untuk tanaman palawija.
b. Tanaman tebu
Selain tanaman padi, tanaman lain yang perlu diperhatikan dalam hal pengairan adalah tanaman tebu. Tanaman tebu diberi air secukupnya pada musim kemarau tetapi tebu tidak perlu diairi pada musim hujan. Perkiraan kebutuhan air untuk tanaman tebu adalah 1,5 kali kebutuhan air untuk tanaman palawija.
c. Tanaman palawija
Yang termasuk dalam tanaman palawija antara lain: jagung, kedelai, tembakau, kapas,cabe, kacang dan lain-lain. Tumbuhan tersebut biasanya ditanam dalam musim kemarau dan tidak membutuhkan banyak air. Kebutuhan air untuk tanaman palawija adalah 0,2- 0,25 l/dtk/ha.

3. Luas areal
                 Semakin luas areal persawahan yang diairi, maka kebutuhan air irigasi semakin banyak. Pengaturan luas tanaman akan membatasi besarnya kebutuhan air tanaman. Pengaturan ini hanya terjadi pada daerah yang airnya terbatas. Luas tanam juga mempengaruhi besarnya intensitas tanam. Intensitas tanam adalah perbandingan antara luas tanam per tahun dengan luas lahan.

4. Debit yang tersedia
Apabila debit yang tersedai cukup besar, maka hampir semua jenis tanaman dapat dipenuhi kebutuhannya sehingga pada umumnya pemberian air dapat dilakukan terusmenerus. Jenis pola tanam Menurut Wirosoedarmo (1985), penentuan jenis pola tata tanam disesuaikan dengan debit air yang tersedia pada setiap musim tanam. Jenis pola tanam suatu daerah irigasi dapat
digolongkan menjadi:




Gambar Neraca Air (www.triyakkydi.blogspot.com )

a) Padi – Padi
b) Padi – Padi – Palawija
c) Padi – Palawija – Palawija

Berikut beberapa contoh pola tanam yang telah diterapkan :

A.      Monokultur
 Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan
utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit tanaman).
 Cara budidaya ini biasanya dipertentangkan dengan pertanaman campuran atau polikultur. Dalam polikultur, berbagai jenis tanaman ditanam pada satu lahan, baik secara temporal (pada waktu berbeda) maupun spasial (pada bagian lahan yang berbeda). Pertanaman padi, jagung, atau gandum sejak dulu bersifat monokultur karena memudahkan perawatan. Dalam setahun, misalnya, satu lahan sawah ditanami hanya padi, tanpa variasi apa pun. Akibatnya hama atau penyakit dapat bersintas dan menyerang tanaman pada periode penanaman berikutnya. Pertanian pada masa kini biasanya menerapkan monokultur spasial tetapi lahan ditanami oleh tanaman lain untuk musim tanam berikutnya untuk memutus siklus hidup OPT sekaligus menjaga kesehatan tanah.

Gambar Pola Tanam Monokultur ( www.schnittstelle.blogspot.com )

B.       Polikultur
       Polikultur berasal dari kata poli yang artinya banyak dan kultur artinya budaya. Polikultur ialah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman  pada satu bidang lahan yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik.
       Polikultur adalah menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut :
1.      Mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin,
2.      Menambah kesuburan tanah. Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur.
3.      Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT,
4.      Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya.
Kekurangan sistem polikultur adalah : Apabila pemilihan jenis tanaman tidak sesuai, sistem polikultur dapat memberi dampak negatif, misalnya :
1.      Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman,
2.       OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya.
     Pemilihan tanaman dan teknis budidaya yang baik dan tepat pada sistem polikultur ini akan memberikan bermacam keuntungan, diantaranya adalah :

a.      Dapat menambah kesuburan tanah.
Menanam tanaman kacang-kacangan berdampingan dengan tanaman jenis lainnya dapat menambah kandungan unsur Nitrogen dalam tanah karena pada bintil akar kacang-kacangan menempel bakteri Rhizobium yang dapat mengikat Nitrogen dari udara. Dan menanam secara berdampingan tanaman yang perakarannya berbeda dapat membuat tanah menjadi gembur.

b.      Meminimalkan hama dan penyakit tanaman.
           Sistem polikultur dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutuskan siklus hidup hama dan penyakit tanaman. Menanam tanaman secara berdampingan dapat mengurangi hama penyakit tanaman salah satu pendampingnya, misalnya : bawang daun yang mengeluarkan baunya dapat mengusir hama ulat pada tanaman kol atau kubis.

c.       Mendapat hasil panen beragam yang menguntungkan.
          Menanam dengan lebih dari satu tanaman tentu menghasilkan panen lebih dari satu atau beragam tanaman. Pemilihan ragam tanaman yang tepat dapat menguntungkan karena jika satu jenis tanaman memiliki nilai harga rendah dapat ditutupi oleh nilai harga tanaman pendamping lainnya.
a.       Kekurangan sistem polikultur adalah  :
§  Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman,
§  OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya.

Gambar Pola Tanam Polikultur ( cyber.karawasta.web.id )

Tanaman Polikultur Terbagi Menjadi.
1.    Tumpang sari (Intercropping).
            Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok, peningkatan produksi total persatuan luas karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma.
Salah satu jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman sela pada tanaman jagung adalah tanaman kedelai. Tanaman jagung dan kedelai memungkinkan untuk ditumpangsari karena tanaman jagung menghendaki nitrogen tinggi, sementara kedelai dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas sehingga kekurangan nitrogen pada jagung terpenuhi oleh kelebihan nitrogen pada kedelai. Jagung dan kedelai yang ditanam secara tumpang sari akan terjadi kompetisi dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar matahari. Sehingga pengaturan sistem tanam dan pemberian pupuk sangat penting untuk mengurangi terjadinya kompetisi tersebut.


Gambar : Tumpang sari ( http://bp3ksukalarang.blogspot.com/2014/03/pola-tanam-tumpang-sari-yang.html)

2.        Tumpang gilir ( Multiple Cropping ).
Metode ini biasa dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum.
Faktor-faktor tersebut adalah  :
§   Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja, biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai akibat terlalu sering diolah dapat dihindari
§   Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal dan meningkatkan produktivitas lahan.
§   Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas.
§   Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya erosi.
§   Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya erosi.
§   Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau

Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.


 
Gambar 2.3 Pola Tanam Bersisipan ( www.google.com/Tanaman Sisip.com )

3.    Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ).
Tanama campuran merupakan penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit.
Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

 








Gambar 2.3 Pola Tanam Campuran ( www.google.com/Tanaman Sisip.com )


C.  Pola tanam SRI
Pola tanam SRI adalah cara bertanam padi kembali ke alam, artinya petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia, tapi menggunakan bahan-bahan alami / memanfaatkan jerami, limbah gergaji, sekam dan pupuk kandang dengan salah satu komponen teknologi adalah tanaman bibit muda, yakni umur 7 s/d 12 hari.
Komponen teknologi yang biasa dilakukan pada pola tanam SRI adalah  :
1.        Penggunaan benih bermutu.
2.        Pengelolaan Tanah, Populasi.
3.        Penggunaan bibit muda 7 s/d 12 hari.
4.        Penggunaan pupuk organik / pestisida hayati.
5.        Panen dan pasca panen.
6.        Pengolahan tanah dan persemaian.

1 komentar: