Minggu, 12 April 2015
Sabtu, 11 April 2015
Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan
Air Tanaman
Kebutuhan air tanaman adalah kebutuhan
air yang digunakan selama musim tanam, dimulai dari proses penyiapan lahan
hingga pasca panen.
Faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan
air irigasi untuk tanaman adalah sebagai berikut :
1. Jenis
tanaman
Dapat
dijelaskan bahwa jenis tanaman sangat menentukan jumlah kebutuhan airnya,
misalnya tanaman padi, membutuhkan lebih banyak air dibandingkan tanaman
lainnya seperti palawija.
2. Jenis
Tanah
Jenis Tanah sangat mempengaruhi pemakaian air
bagi tumbuhan , misal tanah berpasir passti berbeda dengan jenis tanah lempung
atau lumpur.
3. Kehilangan
Air
Maksud
dari kehilangan air disini adalah saluran kadang kadang bisa menjadi besar dari
perkiraan dari perhitungan karena adanya kebocoran bukan hanya penguapan.
4. Pemakaian
Air
Adapun cara pemakaian sangat mempengaruhi
kebutuhan air,sehingga dalam hal cara pemakaian air, harus dipilih agar cara
yang dilakukan hemat.
A. Perhitungan
Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan
air irigasi (NFR) didekati dengan metode Water Balance dengan parameter :
1. Kebutuhan
air untuk tanaman (ETc)
2. Kebutuhan
air akibat perkolasi dan rembesan (P)
3. Kebutuhan
air untuk pergantian lapisan air (WLR)
4. Kebutuhan
air untuk penyiapan lahan (PL)
5. Curah
hujan efektif (Ref)
Contoh
perhitungan kebutuhan air irigasi (NFR)
:
1. Kebutuhan
air bersih di sawah untuk padi :
NFR
= Etc + P – Re + WLR
2. Kebutuhan
air bersih untuk palawija
NFR
= Etc + P – Re
3. Kebutuhan
bersih air dipintu pengambilan ( intake)
DR =
a.
Analisis Kebutuhan Air.
Analisis kebutuhan air irigasi
merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan
pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah
air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan
produksi secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian
meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah
air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan
dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. Sehingga kebutuhan air dapat
dirumuskan sebagai berikut (Sudjarwadi 1990):
( KAI = ET
+ KA + KK ) dengan :
§ KAI = Kebutuhan Air
Irigasi.
§ ET = Evapotranspirasi.
§ KA = Kehilangan air.
§ KK = Kebutuhan Khusus.
Misalnya evapotranspirasi suatu tanaman pada suatu lahan tertentu pada suatu periode adalah 5 mm perhari, kehilangan
air ke bawah (perkolasi) adalah 2 mm per
hari dan kebutuhan khusus untuk penggantian lapis air adalah 3 mm per hari
maka.kebutuhan air pada periode tersebut dapat dihitung sebagai berikut
KAI = 5 + 2 + 3 = 10 mm perhari.
Untuk memenuhi
kebutuhan air ingasi
terdapat dua sumber
utama. yaitu pernberian air
irigasi (PAI) dan hujan efektif (HE). Disamping itu terdapat sumber lain yang dapat dimanfaatkan
adalah kelengasan yang ada di daerah perakaran serta kontribusi air
bawah permukaan. Pemberian Air Irigasi
dapat dipandang sebagai kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air
tanah. PAI = KAI - HE – KAT dengan :
§
PAI = Pemberian air irigasi.
§
KAI = Kebutuhan air.
§
HE = Hujan efektif .
§
KAT = Kontribusi air tanah
Sebagai contoh misalnya
kebutuhan air pada
suatu periode telah
dihitung sebesar 10 mm per hari, sumbangan hujan efektif pada periode
tersebut juga telah dihitung sebesar
3 mm per
hari dan kontribusi
air tanah adalah
1 mm perhan, maka air yang perlu diberikan adalah
PAI = 10 – 3 -1 = 6 mm per hari.
a. Kebutuhan
Air Pada Padi.
Analisis kebutuhan air untuk
tanaman padi di sawah
dipengaruhi oleh beberapa factor berikut
seperti pengolahan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi, penggantian lapisan
air, dan sumbangan. hujan efektif.
Kebutuhan air total di sawah merupakan
jumlah faktor 1
sampai dengan 4, sedangkan
kebutuhan netto air
di sawah merupakan
kebutuhan total dikurangi faktor hujan
efektif. Kebutuhan air
di sawah dapat
dinyatakan dalam satuan mm/hari ataupun lt/dt.
2. Kebutuhan air untuk pengolahan
lahan padi.
Periode pengolahan lahan
membutuhkan air yang
paling besar jika dibandingkan tahap
pertumbuhan. Kebutuhan air
untuk pengolahan lahan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya karakteristika tanah, waktu
pengolahan, tersedianya
tenaga dan ternak,
serta mekanisasi pertanian. Kebutuhan
air untuk penyiapan
da pat ditentukan berdasarkan
kedalaman tanah dan porositas
tanah di sawah,
seperti diusulkan pada
Kriteria Perencanaan Irigasi 1986
sebagai berikut :
§ PWR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm).
§ Sa = derajad kejenuhan tanah setelah penyiapan laha
n dimulai (%).
§ Sb = derajad kejenuhan tanah sebelum penyiapan
lahan dimulai (%).
§ N = porositas ta nah, dalam % rata-rata per
kedalaman tanah.
§ d = asumsi kedalaman
tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm).
§ Pd = kedalaman gena ngan setelah pekerjaan
penyiapan lahan (mm).
§ F 1 = kehilangan air di sawah selama 1 hari (mm).
Kebutuhan air
untuk penyiapan lahan
dapat ditentukan secara empiris sebesar 250 mm, meliputi
kebutuhan untuk penyiapan lahan dan
untuk lapisan air awal setelah
transplantasi selesai. (Kriteria
Perencanaan Irigasi KP
01). Untuk lahan yang sudah lama
tidak ditanami (bero), kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan
sebesar 300 mm.
Kebutuhan air untuk
persemaian termasuk dalam ke
butuhan air untuk penyiapan lahan.
Analisis kebutuhan
air selama pengolahan
lahan dapat menggunakan metode sepe rti diusulkan oleh
Van de Goor dan Ziljstra (1968) sebagai berikut
Dengan :
§ IR = kebutuhan air untuk pengolahan lahan
(mm/hari).
§ M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan
air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari).
§ Eo = Evaporasi potensial (mm/hari).
§ P = perkolasi (mm/hari).
§ k = konstanta.
§ T = jangka waktu pengolahan (hari).
§ S = kebutuhan air untuk penjenuhan (mm).
§ e = bilangan eksponen: 2,7182
Sebagai contoh
hitungan apabila diketa hui data sebagai berikut, kebutuhan air untuk
menjenuhkan (S) adalah
250 mm, perkolasi (P) sebesar
2 mm per hari, waktu pengolahan
Wm (T) adalah
30 hari dan
evaporasi potensial (Eo)
adalah sebesar 4 mm
per hari maka
kebutuhan air untuk
pengolahan dapat dihitung dengan tahapan sebagai berikut :
§
Menghitung air untuk mengganti evaporasi dan
perkoasi.
M = Eo +
P
M = 4 + 2
= 6 mm/hari
§ Menghitung
konstanta.
§ Menghitung kebutuhan air untuk penolahan
lahan.
Jadi kebutuhan air selama pengolahan
lahan adalah sebesar 11,69 mm/hari.
3.
Penggunaan
konsumtif.
Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumtive use ) dapat didekati dengan menghitung
evapotranspirasi tanaman, yang besarnya
dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman
dan faktor klimatologi. Nilai evapotranspirasi merupakan jumlah dari evaporasi dan
transpirasi. Yang dimaksud
dengan evaporasi adalah proses perubahan molekul air di
permukaan menjadi molekul air di atmosfir. Sedangkan transpirasi adalah
proses fisiologis alamiah
pada tanarnan, dimana air
yang dihisap oleh
akar diteruskan lewat
tubuh tanaman dan diuapkan
kembali melalui pucuk
daun. Nilai evapotranspirasi dapat
diperoleh dengan pengukuran di
lapangan atau dengan
rumus-rumus empiris. Untuk keperluan perhitungan
kebutuha n air irigasi
dibutuhkan nilai evapotranspirasi potensial (Eto)
yaitu evapotranspirasi yang
terjadi apabila tersedia
cukup air. Kebutuhan air
untuk tanaman adalah
nilai Eto dikalikan
dengan suatu koefisien tanaman.
ET = kc x Eto dimana :
§
ET =
Evapotranpirasi tanaman (mm/hari).
§
ETo = Evaporasi tetapan/tanarnan acuan
(mm/hari).
§
kc =
Koefisien tanaman.
Kebutuhan
air konsumtif ini dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman (tingkat pertumbuhan tanaman). Pada saat
tana man mulai tumbuh, nilai kebutuhan air konsumtif meningkat
sesuai pertumbuhannya dan
mencapai maksimum pada saat pertumbuhan vegetasi maksimum.
Setelah mencapai maksimum dan berlangsung beberapa saat
menurut jenis tanaman,
nilai kebutuhan air konsumtif akan
menurun sejalan dengan pematangan biji. Pengaruh watak tanaman terhadap kebutuhan tersebut dengan
faktor tanaman (kc). Nilai koefisien pertumbuhan tanaman ini tergantung jenis tanaman yang
ditanam. Untuk tanaman jenis yang sama
juga berbeda menurut varietasnya. Sebagai contoh padi dengan varietas unggul masa tumbuhnya lebih pendek dari padi
varietas biasa.
4.
Perkolasi.
Laju
perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan
diperoleh dari penelitian
kemampuan tanah maka
diperlukan penyelidikan
kelulusan tanah. Pada
tanah lempung berat
dengan karakteristik
pengolahan ( puddling ) yang
baik, laju perkolasi
dapat mencapai 1-3
mm/hari. Pada tanah-tanah yang
lebih ringan, laju
perkolasi bisa lebih
tinggi. Untuk menentukan Iaju
perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi
muka air tanahnya. Sedangkan rembesan terjadi akibat
meresapnya air melalui tanggul sawah.
5.
Penggantian
lapisan air.
Setelah
pemupukan perlu dijadwalkan dan
mengganti lapisan air
menurut kebutuhan. Penggantian diperkirakan sebanyak 2 kali
masing-masing 50 mm satu bulan dan dua bulan setelah transplantasi (atau 3,3
mm/hari selama 1/2 bulan).
6.
Hujan
efektif.
Untuk menentukan
besar sumbangan hujan terhadap kebutuhan
air oleh tanaman, terdapat beberapa cara, diantaranya secara empirik maupun dan
simulasi. Kriteria Perencanaan
Irigasi mengusulkan hitungan hujan efektif berdasarkan data pengukuran
curah hujan di setasiun terdekat, dengan
panjang pengamatan selama 10 tahun.
7.
Analisis
kebutuhan air untuk padi di lahan.
Apabila telah tersedia data
§ evaporasi rerata.
setengah bulanan.
§ data jenis tanah.
§ jenis (varitas) padi
dan.
§ hasil analisis curah
hujan efektif,
maka analisis
kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah dapat
dilakukan. Dalam modul ini disertakan program komputer sederhana untuk
menganalisis kebutuhan air untuk tanaman padi.
8.
Kebutuhan air
untuk tanaman selain padi.
Tanaman selain padi
yang dibudidayakan oleh petani pada
umumnya berupa palawija. Yang dimaksudkan dengan palawija adalah berbagai
jenis tanaman yang dapat ditanam
di sawah pada musim kemarau ataupun pada saat kekurangan air. Lazimya
tanaman palawija ditanam di lahan tegalan. Dipandang dari
jumlah air yang
dibutuhkan, palawija dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu.
§
palawija yang butuh banyak air, seperti bawang,
kacang tanah, ketela.
§
palawija yang butuh sedikit air, misalnya
cabai, jagung, tembakau dan kedelai.
§
palawija yang membutuhkan sangat sedikit air,
misalnya ketimun dan lembayung.
Maksud analisis
kebutuhan air untuk
tanaman palawija terutama
untukmengetahui luas lahan yang direncanakan untuk tanaman padi maupun palawija berkaitan dengan ketersediam
air pada bangunan pengambilan sehingga kegagalan usaha pertanian dapat
dihindari. Dengan kata lain hitungan
kebutuhan air untuk palawija digunakan sebagai dasar untuk melakukan usaha
pertanian sesuai dengan jumlah air yang tersedia. Pemberian air untuk
palawija akan ekonomis jika sampai
kapasitas lapang, lalu berhenti dan diberikan lagi sampai sebelum mencapai
titik layu. Analisis kebutuhan air untuk
tanaman palawija dihitung seperti untuk
tanaman padi, namun ada
dua hal yang
membedakan, yaitu pada tanaman
palawija tidak memerlukan genangan serta koefisien tanaman yang digunakan sesuai dengan jenis palawija yang
ditanam.
9.
Kebutuhan air
untuk pengolahan lahan palwija.
Masa prairigasi diperlukan guna menggarap lahan untuk
ditanami dan untuk menciptakan
kondisi kelembaban yang memadai untuk persemaian tanaman. Jumlah air yang
dibutuhkan tergantung pada kodisi tanah dan pola tanam yang diterapkan.
Kriteria Perencanaan Irigasi mengusulkan air untuk pengolahan lahan sejumlah
50-120 mm untuk tanaman lading dan 100-120 mm untuk tanaman tebu, kecuali jika
terdapat kondisi-kondisi khusus misalnya ada tanaman lain yang segera ditanam
setelah tanaman padi.
Langganan:
Postingan (Atom)